Anak tukang bangunan yang lulus S2 UGM dengan IPK 4
Sosoknya sederhana, ramah tapi murah senyum. Dia adalah Angga Fajar Setiawan, anak kampung Cluwok, Desa Bono, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung. Angga adalah lulusan Jurusan Teknik Sipil UGM yang kini tengah membantu bekerja sebagai asisten tutorial di jurusannya.
Angga merupakan salah satu mahasiswa UGM yang diterima dari jalur Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM). Berbekal prestasi sekolah dan sertifikat hasil lomba tingkat regional dan nasional Angga mantab masuk UGM.
Angga masuk di Jurusan Teknik Sipil UGM angkatan 2008 itu berasal dari SMAN 1 Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur. Selama studi 8 semester Angga dibebaskan membayar biaya SPP. Bahkan, di semester 6,7 dan 8 dirinya mendapatkan tambahan uang saku.
"Kebetulan waktu itu yang berasal dari SMA N 1 Boyolangu ada dua yang diterima lewat jalur PBUTM," kata Angga, Selasa (8/7) di UGM.
Diterima di UGM lewat jalur PBUTM merupakan sebuah kebanggaan bagi Angga dan keluarganya. Termasuk Pak Komarodin dan Bu Sulin, orang tua Angga. Pak Komarodin adalah tukang bangunan yang bekerja di Malaysia sejak tahun 1990 hingga 2012 lalu. Sedangkan Bu Sulin adalah ibu rumah tangga yang bekerja sambilan dengan menjahit.
"Ya bangga mas apalagi dari kampung saya belum ada yang kuliah di UGM," papar anak sulung dari dua bersaudara itu.
Diterima di UGM melalui jalur PBUTM tidak disia-siakan Angga. Selama kuliah dia rajin belajar dan sering mengerjakan soal-soal ujian. Usahanya membuahkan hasil. Ia bisa lulus cum laude dengan IPK 3,78. Tidak hanya itu. Angga pun tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil yang mengambil program fast track (percepatan studi) dari S1 ke S2 yang akhirnya mengantarkannya lulus cum laude dengan IPK 4,00.
"Saya bersyukur mas bisa lulus S1 dan S2 dengan beasiswa. Yang S2 saya mendapatkan beasiswa dari SEAMOLEC," kata pria kelahiran 6 Juni 1989 ini.
Masih belum puas, tahun ini Angga pun berhasil mendapatkan beasiswa studi S3 di Kyoto, University. Dia tertarik untuk melanjutkan studi agar bisa mengabdi di UGM sebagai dosen.
Di akhir perbincangan Angga berharap agar program PBUTM di UGM terus ditingkatkan. Program ini menjadi motivasi bagi masyarakat yang tidak mampu untuk menyekolahkan putra-putrinya yang berprestasi di UGM.
(Merdeka.com)
Angga merupakan salah satu mahasiswa UGM yang diterima dari jalur Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM). Berbekal prestasi sekolah dan sertifikat hasil lomba tingkat regional dan nasional Angga mantab masuk UGM.
Angga masuk di Jurusan Teknik Sipil UGM angkatan 2008 itu berasal dari SMAN 1 Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur. Selama studi 8 semester Angga dibebaskan membayar biaya SPP. Bahkan, di semester 6,7 dan 8 dirinya mendapatkan tambahan uang saku.
"Kebetulan waktu itu yang berasal dari SMA N 1 Boyolangu ada dua yang diterima lewat jalur PBUTM," kata Angga, Selasa (8/7) di UGM.
Diterima di UGM lewat jalur PBUTM merupakan sebuah kebanggaan bagi Angga dan keluarganya. Termasuk Pak Komarodin dan Bu Sulin, orang tua Angga. Pak Komarodin adalah tukang bangunan yang bekerja di Malaysia sejak tahun 1990 hingga 2012 lalu. Sedangkan Bu Sulin adalah ibu rumah tangga yang bekerja sambilan dengan menjahit.
"Ya bangga mas apalagi dari kampung saya belum ada yang kuliah di UGM," papar anak sulung dari dua bersaudara itu.
Diterima di UGM melalui jalur PBUTM tidak disia-siakan Angga. Selama kuliah dia rajin belajar dan sering mengerjakan soal-soal ujian. Usahanya membuahkan hasil. Ia bisa lulus cum laude dengan IPK 3,78. Tidak hanya itu. Angga pun tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil yang mengambil program fast track (percepatan studi) dari S1 ke S2 yang akhirnya mengantarkannya lulus cum laude dengan IPK 4,00.
"Saya bersyukur mas bisa lulus S1 dan S2 dengan beasiswa. Yang S2 saya mendapatkan beasiswa dari SEAMOLEC," kata pria kelahiran 6 Juni 1989 ini.
Masih belum puas, tahun ini Angga pun berhasil mendapatkan beasiswa studi S3 di Kyoto, University. Dia tertarik untuk melanjutkan studi agar bisa mengabdi di UGM sebagai dosen.
Di akhir perbincangan Angga berharap agar program PBUTM di UGM terus ditingkatkan. Program ini menjadi motivasi bagi masyarakat yang tidak mampu untuk menyekolahkan putra-putrinya yang berprestasi di UGM.
(Merdeka.com)
No comments