Header Ads

Mengenal Sosok Jenderal Soedirman


MAGELANG, Kabarmgl.com - Jenderal Besar Soedirman wafat di Magelang, 29 Januari 1950, dia menyerah dengan penyakit TBC. Jasa dan peninggalannya tetap akan dikenal seluruh bangsa Indonesia.

Jenderal besar Soedirman berperan besar terhadap bangsa Indonesia. Karena strategi perangnya Indonesia bisa bebas dari bayang-payang penjajahan Belanda. Soedirman sangat mencintai tanah air. Meski dalam keadaan sakit dan lemah dia tetap memimpin perang.



Sebagai seorang pemimpin dia tidak meninggalkan anaknya buahnya, tetap bertanggungjawab menyelesaikan tugas menyusun strategi perang melawan penjajah. Dia juga sosok pemimpin yang taat beragama.

Berikut sosok dari Jenderal Besar Soedirman:

1. Seorang pengajar

Jenderal Soedirman pernah menjadi seorang guru, Soedirman mengajarkan murid-muridnya pelajaran moral dengan menggunakan contoh dari kehidupan para rasul dan kisah wayang tradisional. Salah seorang muridnya menyatakan bahwa Soedirman adalah guru yang adil dan sabar yang akan mencampurkan humor dan nasionalisme dalam pelajarannya; hal ini membuatnya populer di kalangan muridnya. Meskipun bergaji kecil, Soedirman tetap mengajar dengan giat. Akibatnya, dalam beberapa tahun Soedirman diangkat menjadi kepala sekolah meskipun tidak memiliki ijazah guru.

Sebagai hasilnya, gaji bulanannya meningkat empat kali lipat dari tiga gulden menjadi dua belas setengah gulden. Sebagai kepala sekolah, Soedirman mengerjakan berbagai tugas-tugas administrasi, termasuk mencari jalan tengah di antara guru yang berseteru. Seorang rekan kerjanya mengisahkan bahwa Soedirman adalah seorang pemimpin yang moderat dan demokratis. Dia juga aktif dalam kegiatan penggalangan dana, baik untuk kepentingan pembangunan sekolah ataupun untuk pembangunan lainnya.

2. Menyusun strategi di atas tandu

Agresi Militer Balanda II tanggal 19 Desember 1948 sukses menduduki Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota Republik Indonesia. Gabungan pasukan baret hijau dan baret merah Belanda merebut Yogya hanya dalam hitungan jam. Panglima tertinggi TNI dengan paru-paru sebelah, dan tubuh sempoyongan bergerilya keluar masuk hutan. Mengorganisir anak buahnya dan membuktikan TNI masih ada. Ibukota negara boleh jatuh, presiden boleh ditawan, tapi TNI tidak pernah menyerah. Benteng terakhir republik ada dalam hati para prajurit.



Kondisi kesehatan Soedirman terus memburuk. Akhirnya dia terpaksa ditandu. Konon, setiap prajurit berebutan mengangkut tandu sang jenderal itu. Mereka semua merasa haru melihat sosok Pak Dirman. Pasukan baret merah Belanda selalu gagal menangkap Soedirman. Berkali-kali pasukan kebanggaan Jenderal Spoor ini harus pulang dengan tangan hampa saat memburu Soedirman. Perjuangan Soedirman tidak sia-sia.

Gerilya yang dilakukan Soedirman besar artinya untuk Republik Indonesia. Jika Soedirman tidak bergerilya dan melakukan serangan pada Belanda, maka dunia internasional akan percaya propaganda Belanda bahwa republik sudah hancur. Tanpa gerilya, Indonesia tidak akan mungkin punya suara dalam perundingan Internasional.

3. Sosok yang religius

Jenderal Soedirman memimpin perang gerilya melawan Belanda sejak Desember 1948 hingga Juli 1949. Selama berperang, Jenderal Soedirman tidak pernah tertangkap tentara Belanda. Hal itu seringkali menimbulkan pertanyaan apakah Pak Dirman memiliki pegangan tertentu atau jimat. Bahkan Sudirman pernah ditanya oleh anak buahnya soal kesaktiannya.

Sudirman menjawab sambil tersenyum bahwa dia tidak pernah "gantung wudu". Artinya, dia selalu berwudu. Soedirman selalu menjaga air wudhunya dan tidak pernah meninggalkan salatnya.


Sumber: merdeka.com | Foto: Arsip Nasional RI

No comments

Powered by Blogger.